Minggu, 24 April 2016

Sebuah Pengorbanan Sederhana #Bab Sepuluh

Sebelumnya, SPS #Bab Sembilan


Cynthia memasuki kamarnya bersama Tania, karena Rita sudah sekamar dengan Viona. Sementara Leo satu kamar dengan Alan, Tama dengan Eros.

"Wah..., kamarnya nyaman sekali. Untung milik papamu ya, kalau tidak pasti bikin kantong bolong!" seru Tania seraya meletakan tasnya di meja.
"Sebenarnya tidak sepenuhnya milik papa, hotel ini papa bangun bersama dua temannya yang memang domisili di sini. Tapi untungnya, papa adalah pemilik saham terbesarnya!"
"Leo seharusnya merasa beruntung bisa di cintai olehmu!"
"Seharusnya?" seru Cynthia heran, Tania segera menutup mulutnya. Ia baru sadar harusnya ia tak bicara seperti itu di depan Cynthia, Leo memang tak mencintai Cynthia, dan ia tahu betul akan hal itu. Tapi jika Cynthia sampai tahu bahwa Leo tak akan pernah membuka hatinya untuk gadis itu, hem...

"Maksudku, ya...dia beruntung sekali. Tapi kenapa, sampai sekarang kalian belum pacaran?" ia pura-pura tak tahu alasannya.
"Bukannya kau pacarnya Alan, dan Alan itu sahabat karib Leo. Mungkin...kau bisa membantuku?"
"Membantumu?"
"Aku memang kenal Leo lama, tapi dia terlalu tertutup padaku." ungkapnya sambil mendudukan diri di kasur, "aku bingung harus bagaimana lagi untuk bisa menarik perhatiannya, apakah menurutmu aku kurang cantik?"
"A..., Cyn...!"
"Mungkin kau tahu gadis seperti apa yang di sukai Leo, kau bisa bertanya pada Alan kan?"
"Cynthia, masalah itu...aku kurang tahu. Leo memang tertutup soal masalah pribadinya, dan juiur...aku tidak terlalu akrab dengannya. Tapi menurutku, kau tak perlu menjadi orang lain untuk bisa membuat Leo menyukaimu, kau hanya perlu lebih menunjukan perasaanmu saja!"
"Aku sudah melakukan apapun, Tania. Aku hanya ingin Leo tahu, bahwa tak ada yang mencintainya sebesar cintaku!"
"Cyn, bukankah saat ini kita sedang berlibur. Mungkin jika kau bisa menghabiskan waktu lebih banyak bersamanya kali ini, itu bisa membuatnya membuka hatinya untukmu. Manfaatkan saja kesempatan ini!" sarannya.

"Tapi aku tidak tahu harus bagaimana sekarang, tadinya aku hanya ingin mengajaknya berlibur berdua. Tapi aku tahu dia tidak akan mau, jadi sengaja...aku adakan liburan ramai-ramai seperti ini!"

Tania menatapnya kagum, "kau benar-benar sungguh sangat mencintainya, aku do'akan...semoga Leo segera menyadari hal itu!"
Cynthia tersenyum dengan dukungan Tania, "terima kasih ya, do'anya!"
Tania membalas senyuman itu.

* * *

"Leo, aku bingung terhadapmu. Menurutku Cynthia itu sudah cukup perfect, lihatlah..., dia bahkan rela mengadakan liburan ini untuk bisa menarik perhatianmu. Tapi kenapa kau selalu mengabaikan perasaannya?" cerocos Alan ketika Leo keluar dari kamar mandi.

"Kau tahu, hati itu tak bisa di paksakan Lan. Aku sudah mencoba untuk menyukai Cynthia, tapi hingga saat ini perasaanku tak bisa lebih dari teman!" sahutnya ikut merebahkan diri di kasur di sisi Alan.
"Kurang apa sih Cynthia, dia cantik, pintar, anak tunggal bos besar lagi. Banyak yang ingin merebut hatinya, hampir semuanya anak-anak pengusaha, bahkan para eksekutif muda. Nah, kau yang di pilihnya, malah menolak cintanya!"

"Bisakah kita berhenti membahas ini, lama-lama aku bisa kabur juga dari liburan ini!"
"Ok-ok, kalau kau kabur Cynthia juga akan kabur, nah...nanti yang tanggungjawab di sini siapa?"
"Kaulah, kau kan juga anak bos besar!" canda Leo menanggapi. Alan malah tertawa, "sialan kau!" makinya. Alan bangkit,

"Aku mau mengajak Tania jalan-jalan, kau tak mau mengajak Cynthia?" katanya berjalan keluar, Leo hanya mendengus.

Sepeninggal Alan, ia malah teringat pada Rena, pasti akan sangat menyenangkan jika Rena bisa ikut! Memikirkan wanita itu, ia jadi ingin mendengar suaranya. Maka iapun memungut hpnya dan menekan nomor Rena.

Rena yang sedang browsing informasi lebih lanjut tentang target barunya segera menyambar hpnya yang berdering, nama yang muncul di layarnya membuatnya mengembangkan senyum, ia segera menerima panggilan itu,
"Halo!"
"Hai, apa aku mengganggu?"
"Tidak, aku sedang bersantai. Ada apa?"
"Tidak..., aku hanya...!" Leo terdiam, tidak mungkin kan ia katakan kalau ia merindukan suaranya? "aku sudah di Singapore!"
"Oh ya!"
"Ehm..., mungkin akan lebih menyenangkan jika kau bisa di sini!"
"Terima kasih, tapi kau tahu..., aku tak bisa bebas pergi kemana ku suka. Terlebih keluar negeri!"
"Ya, aku mengerti. Tapi kau baik-baik saja kan?"
"Sejauh ini aku baik-baik saja!" sahutnya berdiri dari duduknya. Berjalan ke jendela, "jangan kuatir, aku bisa masih bisa menjaga diri!"
"Aku percaya itu, tapi jika ada sesuatu..., kau bisa menghubungiku!" tawarnya.
"Terima kasih, perhatianmu...sangat berarti untukku. Leo..., aku ingin bertanya?"
"Katakan saja!"
"Kau tidak malu berhuhungan dengan..., wanita sepertiku?"

Leo diam cukup lama.

Alan mengetuk pintu Cynthia dan Tania, kebetulan Tania yang membuka pintunya, "Alan!"
"Mau keluar jalan-jalan?"
"Ouh..., tentu saja. Sebentar ya!" ia masuk ke dalam untuk mengambil tas mungilnya. Dari dalam Cynthia bisa melihat Alan di pintu, jadi ia menghampiri.

"Hai Lan, mau kemana?"
"Aku mau mengajak Tania jalan!"
"Ouh..., itu...romantis sekali. Ehm..., ngomong-ngomong... Leo dimana?"
"Ada di kamar,"

Cynthia tersenyum.

"Sepertinya dia sedang boring, mungkin kau bisa menghiburnya!" goda Alan,
"Tak perlu kau ingatkan!" ketusnya.

"Ayok!" seru Tania yang langsung menggandeng lengan Alan, "Cyn, pergi dulu ya!" pamitnya seraya mengedipkan satu matanya. Cynthia mengangguk tanda mengerti. Lalu ia segera menutup pintu dan mengobrak-abrik kopernya. Mencari baju yang cocok untuk ia kenakan. Ia memilih terusan warna peach tanpa lengan, yang panjangnya selutut. Sengaja tak memakai blazer karena cuaca cukup cerah dan panas. Lalu ia segera menuju kamar Leo.

Leo menghilangkan tawanya ketika pintunya di ketuk, ia pun bangkit duduk, "Rena, kurasa sudah dulu ya. Nanti ku telepon lagi!"
"Ok, nikmati liburanmu!"

Rena menurunkan hpnya setelah bunyi tut panjang terdengar di telinganya. Ia tersenyum senang karena Leo menghubunginya lebih dulu. Pria itu cukup perhatian terhadapnya.

Leo melempar hpnya ke kasur lalu berjalan membuka pintu, "Cynthia!" desisnya melihat sosok yang berdiri di depan pintunya. Leo menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Cynthia terlihat cukup cantik dengan baju itu, kontras dengan kulit putihnya.

"Hai!" sapa Cynthia membuyarkan tegunan Leo, "a!" seru Leo seketika. Ia baru saja menikmati kecantikan gadis di depannya, dan kini menjadi sedikit kikuk.

"Boleh aku masuk?" tanya Cynthia, "eh....," hanya itu yang keluar dari mulut Leo. Cynthiapun nyelonong masuk saja melewatinya.

"Apa kau tidak mau pergi jalan-jalan, bukankah kita kesini untuk liburan?" tanya Cynthia seraya berbalik.
Leo menutup pintunya tapi tidak rapat.

"Aku..., sedang malas!"
"Kalau begitu tak ada gunanya kita kesini!" kata Cynthia dengan nada kecewa, Leo bisa mendengar nadanya jelas.

"Ehm...," Leo sedikit melangkah ke dalam, ia tahu jika ia tetap bersikap dingin itu akan membuat Cynthia semakin kecewa. Lagipula bukankah ia menyanggupi untuk liburan bersama? Seharusnya ia bisa mengajak gadis itu jalan-jalan bersama meski hanya sebatas teman.

Cynthia yang kini melangkah ke arahnya, berdiri di hadapannya dengan tatapan dalam yang penuh cinta, "aku berharap, aku bisa menghabiskan banyak waktu denganmu melalui liburan ini. Apa kau tidak tahu, liburan ini ku adakan kusus untukmu. Apa kau tidak senang, kalau begitu harusnya kau katakan saja tidak setuju, jadi...!" matanya memerah, dan mulai berkaca.
"Maafkan aku," potong Leo, "aku tidak bermaksud mengecewakanmu, kau benar..., harusnya kita nikmati liburan ini. Bagaimana kalau kita ke Sentosa, kali ini aku yang traktir!" ajaknya tiba-tiba. Cynthia melebarkan bola matanya dengan tatapan tak percaya, apakah ia sedang bermimpi?

"Begini saja, sebagai permintaan maafku..., aku akan turuti semua permintaanmu selama di sini. Bagaimana?"

Cynthia lebih tercengang lagi, "yang benar?" desisnya masih ragu. Leo mengangguk mantap. Cynthia pun melebarkan senyumannya, "kau tidak bohong kan?"
"Aku serius!"

Kini Cynthia tersenyum girang, "janji, kau turuti semua permintaanku?" tagihnya.
"Janji!" ucap Leo.
"Ok, kita pergi. A, tapi...aku ambil tas dulu ya?"
"Tidak perlu, kan aku yang traktir!"
"Tapi kan aku perlu handphoneku...!" sahutnya manja, "ya sudah!" tukas Leo.

Mereka segera ke kamar Cynthia untuk mengambil tasnya, dan langsung turun berniat mencegat taksi. Tapi Cynthia rupanya sudah menyiapkan mobil perusahaan papanya untuk di gunakan, karena Leo sudah terlanjur janji akan menuruti permintaannya maka ia pun setuju untuk mengendarai mobil itu.

Mereka segera pergi Sentosa,

---Bersambung.....---

Selanjutnya, ____ | SPS #Prolog