Cinta... seperti apa?
Kau tak terlihat mata
Juga tak tersentuh tangan
Tapi sentuhanmu begitu lembut dan tajam
Apakah kau merah seperti senja
Indah dan menyenangkan
Atau au sebiru laut
Kejam dan menyakitkan
Mungkinkah benar adanya
Kau sekuat karang?
tetap bertahan oleh terjang ombak
Atau bahkan serapuh rakit
yang hancur oleh badai
Cinta..... benarkah kau seluas langit?
Tapi kenapa aku tak dapat naungan mu?
Jika engkau memang pelangi?
Kenapa aku tak bisa melihatmu
Engkau sama halnya dengan mimpi
Apakah kau hanya sebuah kata semu
yang memberi khayalan maya
Kenapa aku tak dapat merasakanmu?
Aku yang tak mengenal cinta
atau kah cinta yang tak mengenaliku
Aku tak tahu!
Haruskah aku percaya cinta?
MIMPI
Mimpi... salahkah itu?
bila aku mneghayalnya
bila aku ingin punya mimpi-
ingin memilikinya
Jenuh...yang ku lihat hanya aku
meratap sendiri-menangis
Ingi ku rangkai kata tuk teriakan bosan
tapi sunyi seakan merantai lidahku
hingga jiwaku tak mampu berontak
Ingin aku ingkari kerentanan ini
tapi aku tak mampu tuk munafik
Aku adalah hati yang tak punya mimpi
Ingin aku punya mimpi tapi..
aku takut tuk bermimpi
Entah jiwaku yang pengecut
atau memang tak pantas memilikinya
kenapa semua bertanya tentang mimpi?
lalu di mana mimpi itu
kenapa jalan yang harus di tempuh
Adakah tangga tuk menaikinya?
kenapa ada mimpi
bila hanya melukai hati
haruskah mimpi itu di buai
sedangkan ia tak mesti indah
Sabtu, 28 Mei 2011
Bahasa Kesunyian
Kabut ini Seperti dinding yang mengurungku
kelabu dan menyesakan
Dia...seperti sangkar-membuat ku mati di dalamnya
Aku mencoba memahami kesunyian ini
Mempelajari bahasa demi bahasa
Yang menyeru memaksaku untuk mencintainya
Aku lelah ...aku letih menitinya
Kesunyian ini begitu panjang
Seperti jurang tanpa dasar
Makin ku jatuh makin dalam dan menyakitkan
Begitu gelap dan hampa
Tiada apapun hanya dinding hitam yang terjal dan dingin
Menusuk jiwaku yang kian membuta
Di sini...aku tak bisa menatap
Aku tak bisa mendengar
Karena tiada bayu mnedesir
Tak ada ombak bergemuruh
Sepi...
Membuatku sakit
Membiarkan aku membusuk di sini
kelabu dan menyesakan
Dia...seperti sangkar-membuat ku mati di dalamnya
Aku mencoba memahami kesunyian ini
Mempelajari bahasa demi bahasa
Yang menyeru memaksaku untuk mencintainya
Aku lelah ...aku letih menitinya
Kesunyian ini begitu panjang
Seperti jurang tanpa dasar
Makin ku jatuh makin dalam dan menyakitkan
Begitu gelap dan hampa
Tiada apapun hanya dinding hitam yang terjal dan dingin
Menusuk jiwaku yang kian membuta
Di sini...aku tak bisa menatap
Aku tak bisa mendengar
Karena tiada bayu mnedesir
Tak ada ombak bergemuruh
Sepi...
Membuatku sakit
Membiarkan aku membusuk di sini
Kembara Jalanan
Aku berdiri di sini, sendiri
Tanpa siapapun,tanpa apapun
Tak ada yang ku miliki
Aku adalah kemiskinan dunia
yang meminjam langit untuk berteduh
Dan bumi sebagai ranjang tukk tidur
Karena ku tak punya hati yang ku tuju
Aku mencari cinta
Tapi itu hanya angan semata
Aku mengemis kasih
Tapi semua berpaling tak peduli
Aku seperti debu tak berarti apa-apa
Menodai diri dengan dosa
Bahkan semua yang tersentuh oleh ku
Aku masih mengembara di sini
Menelusuri belantara jiwa yang tak memiliki batas
Tapi...tetap tak ku temui
Sebuah persinggahan.....
Tanpa siapapun,tanpa apapun
Tak ada yang ku miliki
Aku adalah kemiskinan dunia
yang meminjam langit untuk berteduh
Dan bumi sebagai ranjang tukk tidur
Karena ku tak punya hati yang ku tuju
Aku mencari cinta
Tapi itu hanya angan semata
Aku mengemis kasih
Tapi semua berpaling tak peduli
Aku seperti debu tak berarti apa-apa
Menodai diri dengan dosa
Bahkan semua yang tersentuh oleh ku
Aku masih mengembara di sini
Menelusuri belantara jiwa yang tak memiliki batas
Tapi...tetap tak ku temui
Sebuah persinggahan.....
Selasa, 24 Mei 2011
RECALL
Sebuah puisi karya pujangga terkenal dunia yang menggugah hatiku saat pertama kali ku baca, puisi yang benar membuatku mampu mengenali diriku. Yang membuat ku menyadari tentang arti hidup dan kematian. Yang membuatku menyadari siapa diriku dan di dunia.....
Under the wide and stari sky
dig the grave and let me lie
Glad did I live gladly die
And....
I lie me down with a will
this... be the serve you grave for me
here... where he lies he longed to be
Home... is the sailor
Home from the sea
And the hunter....
Home from the hill...........
Under the wide and stari sky
dig the grave and let me lie
Glad did I live gladly die
And....
I lie me down with a will
this... be the serve you grave for me
here... where he lies he longed to be
Home... is the sailor
Home from the sea
And the hunter....
Home from the hill...........
GUBUK TUA DI TANAH GERSANG
Bilik-bilik bambu yang terkoyak waktu
Tiang-tiang kayu yang melapuk
Semakin menua oleh usia
Rumbia pun lelah menjadi atap
Jiwanya yang layu mulai berguguran
Membiarkan debu-debu menguburnya
Tanah-tanah gersang yang meretak
Di hiasi keringnya rerumputan
Ku pandang sendu dari tempat ku berdiri kini
Di sana...
pernah ada tawa
masih bergelak di telingaku
Di tempat itu
Tercipta kebahagiaan
tak pudar dari mataku
Di gubuk tua itu..........
Tempat ku berteduh,ranjangku berbaring
Kini hanya sisa-sisa masa lalu yang merapuh
Haruskah ku pergi?
Membiarkan masa meruntuhkannya
Bagaimana... bila waktu merobohkannya?
Haruskah ku rela?
Kenangan itu.....
Gubuk tua itu......
Tiang-tiang kayu yang melapuk
Semakin menua oleh usia
Rumbia pun lelah menjadi atap
Jiwanya yang layu mulai berguguran
Membiarkan debu-debu menguburnya
Tanah-tanah gersang yang meretak
Di hiasi keringnya rerumputan
Ku pandang sendu dari tempat ku berdiri kini
Di sana...
pernah ada tawa
masih bergelak di telingaku
Di tempat itu
Tercipta kebahagiaan
tak pudar dari mataku
Di gubuk tua itu..........
Tempat ku berteduh,ranjangku berbaring
Kini hanya sisa-sisa masa lalu yang merapuh
Haruskah ku pergi?
Membiarkan masa meruntuhkannya
Bagaimana... bila waktu merobohkannya?
Haruskah ku rela?
Kenangan itu.....
Gubuk tua itu......
Balada anak jalanan
Ia berjalan di bawah terik sang mentari
Mengemis belas kasih tuk sesuap nasi
Menengadahkan tangannya
Berharap uluran tangan dari yang berada
Seperak yang ia terima
Adalah tali untuk menyambung hidupnya
Kejamnya dunia adalah teman
rasa bahagia , hidup penuh tawa
adalah mimpi yang terindah baginya
Beribu cerca dan cela
adalah balada yang terus mengiringi langkahnya
Ia berjuang dengan peluh
ia bertahan dengan airmata
Memampang senyum kemayaan yang menari di atas perihnya
Bernyanyi riang penuh harap
dengan do'a dan satu keyakinan
Bahagia pasti kan menjelang
Meski di batas ajal
Mengemis belas kasih tuk sesuap nasi
Menengadahkan tangannya
Berharap uluran tangan dari yang berada
Seperak yang ia terima
Adalah tali untuk menyambung hidupnya
Kejamnya dunia adalah teman
rasa bahagia , hidup penuh tawa
adalah mimpi yang terindah baginya
Beribu cerca dan cela
adalah balada yang terus mengiringi langkahnya
Ia berjuang dengan peluh
ia bertahan dengan airmata
Memampang senyum kemayaan yang menari di atas perihnya
Bernyanyi riang penuh harap
dengan do'a dan satu keyakinan
Bahagia pasti kan menjelang
Meski di batas ajal
Sebuah tanya pada Dunia
Ketika malam semakin pekat
Bulan tak lagi sempurna
Bintang-bintang sendu menari redup
Cahaya kelam lilin-lilin kecil
ku sulut mengitariku
Ku coba menghitung waktu Setiap langkah yang berlalu
Betapa hidup itu tak mudah
Tangis menderai
Di setiap sudut jalanan hidup
mesli airmata tak selalu iba
Tawa bersembunyi ...
menjauhkan gelaknya dari gema
Dan senyum tak selalu berarti
Benarkah takdir tak bisa di tawar?
Ku lontarkan tanya pada langit kelam
Berharap bintang kan menjawab
Bila KEAJAIBAN....... benar adanya...
Bulan tak lagi sempurna
Bintang-bintang sendu menari redup
Cahaya kelam lilin-lilin kecil
ku sulut mengitariku
Ku coba menghitung waktu Setiap langkah yang berlalu
Betapa hidup itu tak mudah
Tangis menderai
Di setiap sudut jalanan hidup
mesli airmata tak selalu iba
Tawa bersembunyi ...
menjauhkan gelaknya dari gema
Dan senyum tak selalu berarti
Benarkah takdir tak bisa di tawar?
Ku lontarkan tanya pada langit kelam
Berharap bintang kan menjawab
Bila KEAJAIBAN....... benar adanya...
Senin, 23 Mei 2011
Life....... misteri... petualangan....
kehidupan sperti apa? selalu ku pertanyakan?
terkadang aku sungguh tak mengerti betapa kehidupan itu rumit dan berkelok. beribu tanya bergejolak di angan ku dan berputar-putar membuat ku pening. jika saja aku bisa memahami dunia ini,andai aku bisa memahami bahasa yang tercipta. kehidupan... apa itu sesungguhnya? tanah ini hanya persinggahan sementara para musafir, dan kitalah sang musafir yang kehausannya tak pernah terpuaskan.
kehidupan sperti apa? selalu ku pertanyakan?
terkadang aku sungguh tak mengerti betapa kehidupan itu rumit dan berkelok. beribu tanya bergejolak di angan ku dan berputar-putar membuat ku pening. jika saja aku bisa memahami dunia ini,andai aku bisa memahami bahasa yang tercipta. kehidupan... apa itu sesungguhnya? tanah ini hanya persinggahan sementara para musafir, dan kitalah sang musafir yang kehausannya tak pernah terpuaskan.
Langganan:
Postingan (Atom)